Kamis, 19 November 2015

dominan tak sempurna



LAPORAN PRATIKUM GENETIKA DASAR
DOMINAN TAK SEMPURNA
 







Disusun Oleh :
Nama               : Ainul Marziah
NIM                : 1405101050021
Kelompok       : 03
Kelas               : 04

LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2015
I.       PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Mendel menyimpulkan hukum segregasi dari percobaan-percobaan yang hanya mengikuti satu karakter tunggal, misalnya warna bunga. Semua progeni F1 yang dihasilkan dalam persilangan-persilangan yang ia lakukan dari induk galur murni merupakan monohybrid (monohybrid), artinya bersifat heterozifot hanya satu untuk karakter. Kita menyebut persilangan diantara heterozigot-heterozigot semacam itu sebagai persilangan monohybrid (monohybrid croos) (Campbell dkk, 2008).
Mendel mengidentifikasi hukum kedua pewarisan sifat dengan cara mengikuti dua karakter secara  bersamaan, misalnya warna biji dan bentuk biji. Biji (ercis) bisa berwarna kuning atau hijau. Biji juga bisa bulat (mulus) aau keriput. Dari persilangan karakter tunggal, Mendel mengetahui bahwa alel bji kuning dominan (Y) sedankan alel biji hijau resesif (y). Untuk karakter bentuk biji, alel bulat bersifat dminan (R), sedangkan alel biji keriput resif (r) (Campbell dkk, 2008).
Alel dapat menunjukkan derajat dominansi dan keresesifan yang beda-beda satu sama lain. Dalam persilangan ercis Mendel, keturunan F1 selalu terlihat seperti salah satu kedua varietas induk sebab salah satu alel dalam pasangan tersebut menunjukkan dominansi sempurna (complete dominance) terhadap alel yang satu lagi. Dalam situasi semacam itu fenotipe heterozigot dan homozigot dominan tidak dapat dibedakan (Campbell dkk, 2008).
Akan tetapi untuk beberapa gen, tidak satupun alel yang sepenuhnya dominan dan hybrid F1 memiliki fenotipe yang berada diantara kedua varietasa induk. Fenomena ini, disebut dominansi tak sempurna (incomplete dominance), terlihat ika snapdragon putih. Semua hybrid F1, memiliki bunga merah muda. Fenotipe ketiga itu disebabkan karena bunga heterozigot memiliki pigmen merah yang lebih sedikit daripada homozigot merah (tidak seperti kondisi pada tanaman ercis mendel, ketika Heterozigot Pp menghasilkan cukup banyak pigmen agar bunga ungu dan tidak dapat dibedakan dari tanaman PP) (Campbell dkk, 2008).
Sekilas, dominansi tak sempurna dari kedua alel tampaknya merupakan bukti untuk hipotesis pencampuran tentang pewarisan-sifat, yang memprediksi bahwa sifat merah muda atau ptih tidak dapat muncul kembali dari hybrid merah muda. Faktanya, mengawinsangkarkan (interbreeding) hybrid F1 menghasilkan keturunan F2 dengan rasio fenotipe satu merah dua merah muda terhadap satu putih. (Karena heterozigot memiliki fenotipe yang berbeda, rasio genotype dan fenotipe untuk generasi F2 adalah sama, yaitu 1:2:1). Segregasi alel bunga merah dan bunga putih pada gamet yang dihasilkan oleh tanaman berbunga merah muda mengonfirmasi bahwa alel-alel warna bunga merupakan faktor terwariskan yang mempertahankan identitas masing-masing dalam hybrid : artinya, pewarisan sifat partikulat (Campbell dkk, 2008).
Variasi lain pada hubungan dominansi diantara alel-alel disebut kodominansi (codominance). Dalam variasi ini, kedua alel sama-sama memengaruhi fenotipe dengan cara terpisah dan dapat dibedakan. Misalnya, golongan darah Mn manusia ditentukan oleh alel-alel kodominan untuk dua molekul spesifik yang terletak pada permukaan sel darah merah, Molekul M dan N. Satu lokus tunggal yang bisa mengandung dua variasi alel, menentukan fenotipe gololngan darah ini. Pada orang yang homozigot untuk alel M (MM) memiliki sel darah merah yang hanya mengandung molekul M. Orang yang homozigot untuk alel N (NN) memiliki sel darah merah yang hanya mengandung molekul N. Akan tetapi molekul M maupun N terdapat pada sel-sel darah orang yang heterozigot untuk alel M dan N (MN). Perhatikan bahwa fenotipe MN bukan pertengahan antara fenotipe M dan N, yang membedakan kodominansi dari dominansi tak sempurna. Fenotipe M maupun N sama-sama dtunjukkan oleh heterozigot, karena kedua molekul itu ada (Campbell dkk, 2008).
Karena itu dominan suatu alel terhadap alel yang lain tidak selalu terjadi. Penampakan suatu gen dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan, umur, jenis kelamin, spesies, fisiologi, genetika dan faktor – faktor lainnya. Tidak adanya dominasi telah diketahui pada awal sejarah penelitian gen. Perubahan dominasi ini timbul karena interaksi alel, baik antar alel pada lokus yang sama maupun pada lokus yang berbeda.Dominan DUA alele menghasilkan hasil yang sama, kecuali dalam keadaan tertentu, allele resesip tidak manghasilkan sesuatu. Heterosigot menghasilkan jumlah yang lebih sedikit darupada homosigot dominan, tetapi lebih banyak dari pada homosigot resesif (Suryo.2001). 
     Dominan tak penuh disebut juga sebagai pastial dominan atau incomplete dominance. Pada acara 1 dan 2 (Mendel I dan Mendel II), prinsip Mendel dipraktekkan secara simulasi menggunakan kancing genetika dengan ekspresi gen dominan penuh (complete dominance). Incompolete atau partial dominan tak penuh yaitu ekspresi gen pada turunan berdasarkan pengamatan fenotip yang intermediat (antara) dari hasil silangan tetua dengan karakter yang berbeda dan kontras (seperti panjang ; pendek, besar ; kecil, merah ; putih, dsb). Sebagai contoh bunga kembang pukul empat dan anyelir warna merah disilangkan dengan bunga warna putih, maka F1-nya akan berwarna merh muda (pink). Disini terlihat bahwa baik merah atau putih (tidak dominan). Oleh karena warna merah diekspresikan sebagai warna merah muda (pink) pada F1, maka dominan muncul sebagai partial atau tak penuh. Fenotip ini dikontrol oleh pasangan alel yang keduanya tidak dominan, maka F2 mempunyai ratio sama dengan ratio genotipenya ( 1 merah : 2 pink : 1 putih) (Dotti suryati.2012).

1.2    Tujuan
1.      Mengetahui ekspresi gen partial dominance atau dominan tak penuh.
2.      Melihat langsung (melalui foto-foto) hasil persilangan yang partial dominance.






II.       TINJAUAN PUSTAKA
Persilangan adalah proses menggabungkan dua sifat yang berbeda dan diharapkan mendapatkan sifat yang baik bagi keturunannya. Orang yang pertama kali menyelidiki perkawinan silang dan menganalisa hasilnya dengan teliti ialah Gregor Mendel. Ia mengumpulkan beberapa jenis kacang ercis (Pisum sativum) untuk dipelajari perbedaannya satu sama lain dan melakukan percobaan perkawinan silang pada tanaman ercis tersebut.
Dominasi tidak sempurna (incomplete dominance) adalah alel dominan tidak dapat menutupi alel resesif sepenuhnya. Akibatnya individu heterozigot bersifat setengah dominan dan setengah resesif. Contoh : tanaman bunga Snapdragon.
Ekspresi fenotipe heterozigot tersebut menghilangkan keragu-raguan dalam menentukan kombinasi gen (genotipe) yang terdapat pada suatu individu. Ekspresi dominan menunjukkan individu genotipe homozigot dominan, ekspresi heterozigot menunjukkan individu genotipe heterozigot, dan ekspresi resesif menunjukkan individu genotipe homozigot resesif. Dikatakan bahwa pada gen berkedominanan tidak penuh, nisbah fenotipe = nisbah genotype (Anonim, 2011).
Pada manusia diketahui bahwa rambut keriting adalah dominan terhadap rambut yang lurus. Sebagai contoh seorang pria berambut keriting heterozigot menikah dengan wanita yang juga keriting heterozigot. Apabila mereka mempunyai anak, berapakah kemungkinan anaknya berambut lurus? Dengan hukum Mendel dapat dihitung bahwa kemingkinannya 1:4. Apabila mereka mempunyai tiga anak dan semuanya berambut lurus, apakah ini berarti anak itu adalah hasil dari luar pernikahan? Tentu saja tidak, karena hukum Mendel hanya memberikan proporsi gen saja tetapi tidak menentukan alel apa yang terdapat dalam sel telur atau sel sperma yang kemudian menjadi keturunan tersebut di atas (Anonim, 2012).
Perbedaan fenotip dari keturunan yang diperoleh atau diperkirakan akan diperoleh pada percobaan persilangan adalah hasil dari persatuan gamet tetua jantan dan betina yang berlangsung secara acak pada waktu terjadi pembuahan oleh sperma pada sel telur. Menurut Mendel, persilangan atau pembentukan hibrid, mengikuti kaidah (3+!)n untuk sifat kedominanan penuh, dan {(1+2)+1}n untuk sifat kedominanan tak penuh. Pada rumus untuk sifat kedominanan penuh, angka 3 menunjukkan angka nisbah fenotipeyang sama pada homozigot dominan dan heterozigot (=hibrid) sedangkan angka 1 menunjukkan angka nisbah fenotipe homozigot resesif. Pada rumus untuk sifat kedominanan sebagian, angka nisbah 3 tersebut memecah (=bersegregasi) menjadi (1+2) yaitu 1 menunjukkan angka nisbah fenotipe homozigot dominan dan 2 menunjukkan angka nisbah fenotipe heterozigot. Untuk kedua rumus tersebut bilangan eksponensial n menunjukkan banyaknya sifat beda yang dikendalikan secara genetic (Anonim, 2011).














III.    METODE PRAKTIKUM
3.1    Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratoruim Genetika Dasar dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala. Pada tanggal 13 april 2015 pukul 14.00-16.00 WIB.
3.2    Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis. Dan bahan yang digunakan adalah gambar persilangan bunga pukul empat.
3.3    Metode Palaksanaan Praktikum
1.      Foto-foto diamati dan didiskusikan hasil persilangan yang ditunjukkan melalui transparasi.
2.      Foto-foto digambar di kertas laporan praktikum.
3.      Ratio genotipik dan juga ratio fenitipik dianalisis dan ditentukan dari gambar tersebut, serta diberikan penjelasan yang baik.










IV.    HASIL DAM PENGAMATAN
4.1    Hsil Pengamatan

http://iws.collin.edu/biopage/faculty/mcculloch/1406/outlines/chapter%2013/Ar15-1.JPGGenerasi P :     Merah(RR)      ><       Putih (rr)
Gamet :                       R         ><        r
Generasi F2:                       Pink (Rr) 
Gamet             :                       R         ><          r
Telur    : ¼  RR, ½ Rr,  ¼ rr.
G         :  1 R: 2Rr: 1rr
F          :  3 Merah: 1 Putih


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8xTsp064CGQr5FSy9YCW31TVKpLz17oWroq7HI2nbY0JhKBydSdlfWbNBqPtSg3B1Dvw13ecS_ifa2Z7u4yJkIH1jXM0WCM7sHYoaDc2QoDjgqmaYVcDwhO__stUd1GSyMHor9CCGMFE/s1600/dominasi+tidak+sempurna.jpgF1 : 5 : 1
G1 : 5 Pink : 1 Putih
F2 : 1 : 2 : 1
G2 : 1 Merah : 2 Pink : 1 Putih
F3 : 1 : 1
G3 : 1 Merah : 1 Putih







C1C1                      x                     C2C2
P                                  (Merah)                                     (Putih)
 


F1                                                        C1C2
(Pink)
                               

F2C1C1                   C1C2                       C1C2                       C1C2                     C1C1
   (Merah)              (Pink)                                     (Pink)                     (Pink)                  (Putih)                         
 
F3C1C1   C1C1       C1C2          C1C2       C2C2       C1C1C1C2              C1C2       C2C2       C2C2
(Merah) (Merah) (Pink)  (Pink)     (Putih)   (Merah)  (Pink)  (Pink) (Putih) (Putih)                                                  
4.2 Pembahasan
Diagram perkawinan antara dua tanaman homozigot yang berbeda satu sifat, dimana terdapat sifat intermedier sampai dengan F3 tanaman berbunga merah (RR) dan berbunga putih (rr) merupakan galur murni. Maka didapatkan tanaman F1 heterozigot berbunga pink (Rr). Warna pink ini disebut intermedier (antara merah dan putih). Jika tanaman F1 dibiarkan mengadakan peyerbukan sendiri dan kemudian biji-bijinya ditanam, didapatkan tanaman-tanaman F2 yang memperlihatkan perbandingan 1 merah : 2 pink : 1 putih. Pada keturunan berikutnya (F3) maka tanaman-tanaman yang berbunga merah akan terus menghasilkan tanaman berbunga merah. Begitu pula tanaman yang berbunga putih. Tetapi tanaman yang berbunga pink akan selalu menghasilkan keturunan yang memisah dengan perbandingan 1:2:1.


V.       KESIMPULAN
1.        Rasio fenotip dari gen parsial dominan ini akan sama dengan rasio genotipnya.
2.        Pada F2 sifat dari tetua atau sifat dari kedua induknya akan muncul.
3.        Dominan tak penuh atau partial dominan adalah eksperesi gen pada turunan berdasarkan pengamatan fenotip yang intermediet dari hasil persilangan tetua dengan karakter yang berbeda dan kontras.
4.         Ekspresi dari gen partial dominan adalah gabungan antara sifat kedua induknya yang saling mempengaruhi (tidak ada dominan dan tidak ada resesif).
5.        Hasil persilangan F1 bunga pukul empat berwarna merah dan putih hasilnya akan berwarna merah muda  (pink) semua.














DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk, 2008. Biologi Edisi Kelima. Jilid II. Erlangga : Jakarta
http://putrimian.cutseiya.com/2013/11/dominan-tak-penuh.html Diakses pada tanggal 2 mei 2015 pukul 19.23 WIB.
http://biologyneverdie.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 2 mei 2015 pukul 19.31 WIB.
http://biochronica.blogspot.com/p/pola-pola-hereditas.html Diakses pada tanggal 2 mei 2015 pukul 19.34 WIB.
https://titinsolikhah.wordpress.com/category/genetika-2/ Diakses pada tanggal 2 mei 2015 pukul 19.35 WIB.
http://rerumviventium.blogspot.com/p/pewarisan-sifat.html Diakses pada tanggal 2 mei 2015 pukul 19.47 WIB.






 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar